Kamis, 30 Juli 2009

Kisah pengusaha mahasiswa UGM | Pinojaket yogyakarta


Jika kamu berpikir PINO dibangun dengan Modal uang yang banyak, itu salah. Modal terbesar PINO adalah semangat. Semua bermula ketika menjelang kelulusan SMA. Saya (Yoga) diajak temen namanya icha(ketua OSIS pada zamanku (sekarang sudah lulus dari kedokteran 04 UGM) dan adit (elektro 04UGM)untuk buat souvenir untuk dijual pada acara lulusan sma. Saya setuju dan saya buat beberapa desain untuk dibuat pin. Kami memilih pin waktu itu karena pada pin masih tergolong langka di banding souvenir lain.

Survey tempat pembuatan pun kami lakukan, kami mencari tempat pembuatan pin yang murah. Setelah kami menemukan tempat produksi kami memesan pin sebanyak 100buah. Pada hari H kami jual pin itu kepada teman2, tanggapan teman2 sangat positif. Mereka kebanyakan membeli lebih dari satu karena kami membuat 4 desain. Hari itu kami sukses melakukan penjualan perdana kami dan itu menjadi motivasi kita untuk berbisnis kembali.

Setelah kami kuliah kami semakin aktif membuat desain untuk beberapa fakultas di UGM yang kemudian kami titip ke teman2 . Hasil lumayan, tiap sebulan sekali kami melakukan pembagian hasil, waktu itu masing2 dari kami mendapat sekitar 500ribu.

Suatu saat kami merasa bisnis ini mulai menyita pikiran kami, padahal banyak tugas perkuliahan yang menanti untuk dikerjakan. Kami tak bisa ninggalin tugas kami sebagai mahasiswa maka sekitar 5 bulan setelah kami menjadi mahasiswa kegiatan bisnis ini kami hentikan. Namun saya belum rela meninggalkan maka disaat yang lain mulai sibuk dengan urusannya sendiri, saya masih membuat desain untuk saya titip ke temen2.

Selang beberapa bulan Icha menelfon saya, katanya dia ketemu temen yang mau mendanai bisnis pin ini sehingga bisa produksi sendiri. Saya seneng sekali maka aku, icha dan temennya (ikhwan anak kedokteran UGM 02 ) itu janjian untuk ketemuan membicarakan langkah selanjutnya. Setelah perkenalan dan berdiskusi maka kami memutuskan untuk membeli alat pin dengan dana ikhwan 100%. Sebuah langkah besar bagi kami waktu itu karena alat pin waktu itu seharga 4 juta dan itu tergolong uang dalam jumlah besar. Sebuah langkah besar yang tak kami sangka itu menjadi awal terbentuknya PINO. Kami mengambil nama PINO yang merupakan singkatan dari Pin Icha ikhwaN yOga (sedikit maksa hehehehe).

Karena kami memiliki alat pin sendiri maka semangat kami makin berkobar. Kami memasuki semua SMA di jogja dan mencari orang2 yang mau njualin. Tiap hari kami bertiga ketemu untuk membicarakan perkembangan usaha kami dan target2 pemasaran. Tiap hari selalu ada progress, kami sukses mendapat pasar di sma waktu itu. Bulan pertama penjualan kami mencapai 2000 pin padahal target kami bulan pertama hanya 700pin. Bulan kedua lebih fantastis lagi kami berhasil menjual 3000pin. Hal itu membuat kami semakin tergila-gila dengan bisnis ini.

Waktu terus bergulir dan masalah mulai timbul, terjadi ketimpangan masalah kerjaan. Sehingga Ikhwan memutuskan untuk mundur. Selang beberapa minggu Icha juga mundur. Maka tinggallah saya sendiri yang ditinggal tanpa warisan berupa materi karena alat pin tetap di miliki ikhwan. Yang saya punya waktu itu semangat yang besar untuk terus mengembangkan bisnis ini serta tabungan dari bisnis pin. Dengan tabungan itu saya membeli sendiri alat pin dan semuanya saya kerjakan sendiri mulai dari desain, pemasaran serta produksi. Sangat sibuk saya waktu itu, saya tiap pulang kuliah langsung bekerja ndesain dan produksi pin sendirian. Saya yakin apa yang saya lakukan menjadi bekal saya untuk kedepan. Alhamdulillah rejeki selalu ada dan terus berkembang. Seiring berjalannya waktu saya mulai mendapat usaha sampingan yaitu pembuatan jaket. Konsepnya sangat sederhana, saya membuat desain jaket lalu teman saya yang mengedarkan di angkatannya ketika sudah ada pesanan, saya bawa pesanan itu beserta DP ke penjahit. Otomatis modal hanya pada buku tahunan (untuk mencari contact person teman-teman), HP, motor dan computer.

Pesanan mulai mengalir sampai pernah dalam sebulan saya mampu mendapat 5 juta dengan usaha serabutan saya ini. Hal ini membuat saya semakin bersemangat dan terus menimba ilmu dari berbagai sumber baik dari majalah, buku dan internet. Dari proses belajar ini saya mulai berpikir untuk lebih maju, saya ingin punya toko,sehingga ada tempat pemesanan yang jelas. Maka saya minta dana pada ortu sebesar 5 juta untuk sewa toko aja namun ditolak, ngutang pun juga gak boleh.Kata ibu, “Selesaikan dulu kuliahnya setelah itu terserah mau ngapain”. Namun saya tak patah semangat semudah itu. Diam-diam saya minta bantuan pakde saya, saya sms minta bantuan modal dengan system ngutang. Pakde minta gambaran bisnis saya. Maka segera saja saya kirim ide saya, selisih satu hari saya mendapat persetujuan dari pakde dan uang ditransfer ke rekening ibu. Awalnya ibu sempet protes namun saya bisa meyakinkan bahwa kuliah tidak terganggu.

Sempat menyesal juga karena di usia itu teman-teman saya masih bisa bersantai gak mikir gimana cari duit. Usia saya waktu itu 21 tahun. Maka tanggal 1 desember 2006 menjadi tanggal berdirinya toko PINO di jalan tunjung baru 15 yogyakarta. Awalnya sangat sederhana, toko hanya berisi 2 meja 1 komputer dan satu rak jaket. Namun saya giat di pemasaran. Maka hanya dalam waktu 2 bulan saya sudah bisa balik modal. Uang modal itu lagsung saya alokasikan untuk membuat PINO di semarang, para pengurusnya adalah temen2 undip. Sebuah kenekatan yang sangat saya kenang. Dan sekarang PINO sudah berkembang dan sudah memiliki mesin jahit sendiri dan 28 karyawan.

Terakhir Diperbaharui ( Friday, 30 October 2009 )